Source: http://www.daelim.co.kr |
Setelah sekian tahun aku bertahan di Korea, sampai sekarang pun masih ada yang tanya "Kok Korea?".
Enggak tau alasan pastinya apa, tapi dulu aku dihadapkan dengan dua pilihan: Malaysia dan Korea Selatan. Kedua-duanya menjanjikan untuk ku bisa terus sekolah. Waktu itu, aku cuma mau bisa kuliah ke Luar Negeri gratis. Malaysia menjanjikan skema beasiswa berupa grant, supaya mahasiswa sepertiku bisa hidup layak dan tetep sekolah. Berbeda debgab Korea Selatan yang tidak mengenal istilah grant. Apa bedanya? Nanti kita bahas 😊
Jadi gini, kalau kalian bandingkan nilai tukar uang antara Malaysia dan Korea sekarang ini, (sebenarnya dulu ditahun 2013 juga, tahun ketika aku galau memilih antara Malaysia dan Korea), nilai uang Malaysia terhadap US Dollar lebih mahal dibanding Won. Tapi yang aku lihat waktu itu adalah prospek kapan aku bisa mulai kuliah. Cerita sedikit nih ya, jadi sebelum aku sampai ke Malaysia, aku uda sempet kirim berkas dulu ke Korea Selatan, kampus ku yang sekarang. Karena terlalu sering gagal dengan pencarian beasiswa, aku pasrah, dan memutuskan nekat ke Malaysia. Bekal ku waktu itu adalah peluang sekolah by Grant Scheme dengan salah satu dosen di UTM, yang gak lain adalah kakak seniorku dulu waktu masih di Kampus S-1. Enem bulan lamanya aku nunggu dan menjalani profesi sebagai Scholar Visit di Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Sampai di Malaysia, akhirnya dapat email dari Korea Selatan yang menginformasikan kalau aku diterima. Enem bulan lamanya aku nunggu email itu. Padahal waktu itu, aku juga sedang mulai ngenalin projek ku di Malaysia. Tapi belum terdaftar sebagai mahasiswa. Galau. Bingung mau pilih mana. Tapi kemudian pertimbangan jatuh ke Korea. Karena aku pikiri, peluang lebih besar untuk bisa mengenal teknologi terbaru di Korea. Beda toh dengan beberapa orang yang sudah sekolah ke Korea. Mereka justru memang uda jatuh hati banget dengan Korea melalui K-Pop dan drama-daramanya. Aku, masih emmm... i dunno.. muehehe.
Nah ini poinnya. Apa motivasi sebenarnya ke Korea?
Enggak sedikit yang memang ngerasa terjebak dengan image Korea dan semua hal tentangnya yang kesannya kinclong. Katakanlah teknologi dan industri musik - perfilman / drama Korea. Mereka yang gak bisa survive, maka akan otomatis gagal. Seleksi alam! Sekolah bukan untuk jalan-jalan. Bukan untuk ketemu artis. Bukan untuk keluar masuk konser gratis. Well, yang seperti itu bisa,,, semuanya bisa kita dapat setelah kita di Korea. Tapi untuk bisa survive di Korea dengan modal hedonisme itu aja, ya gak bisa. Modal semangat belajar dulu yang harus dibawa. Yang lainnya tadi adalah hadiahnya, karena kita bisa bertahan di Korea, dan pada akhirnya tau gimana caranya untuk bisa jalan-jalan dan menikmati apa yang memang uda ada di Korea. Poin pentingnya adalah: Motivasi untuk belajar harus dikuatkan dulu.
Yok kita bahas pelan-pelan di sini :)
Tau gak sih kalau pertumubuhan pendidikan, penelitian, dan yang kemudian menggairahkan pundi-pundi kemajuan ekonomi Korea, tidak terjadi dalam sekejap mata? Pernah dong nonton drama-drama Korea kolosal yang sering menunjukkan gimana Korea tempo doeloe? Banyak yang kelaparan waktu itu. Karena memang negara ini, dulu nya sangat terpuruk. Banyak bayi yang meninggal di-umur kurang dari setahun karena kurang gizi. Dan juga banyak bayi, balita, dan anak-anak zaman dulu yang kemudian harus berpisah dengan keluarganya untuk diadopsi oleh orang-orang dari negara maju, seperti: USA. Ini adalah salah satu praktek yang banyak tidak diketahui sebelum Korea menjadi negara maju seperti saat ini. Dan Amerika punya cerita khusus untuk kisah anak-anak yang di adopsi dari Korea Selatan. Ada banyak kisah dimana keturunan Korea yang sudah menjadi warga negara USA melalui proses adopsi tadi, kemudian kembali ke Korea untuk mencari orangtua atau keluarga kandung mereka. Dengan kondisi yang seperti ini, Korea kemudian mulai berbenah dan membutuhkan waktu sekitar 50 tahun untuk kemudian bisa bertransformasi dari negara miskin, berkembang, dan sekarang menjadi salah satu Singa di Asia 😊. Kita bisa lihat dari perubahan struktural yang menjadi platform atau blueprint transformasi ini. Transformasi platform ini melalui proses yang sangat panjang, kurang lebih sekitar 30 tahunan - dan terjadi dalam 3 periode:
- (1960-1970) Periode mencotek atau imitasi teknologi asing
- (1980-1990) Periode pembentukan pola riset dan pengembangan (R&D) industri
- (1990-2000) Periode pengembangan riset dasar
Ke Sub-konten lainnya:
1. Mengapa Kuliah ke Korea Selatan2. Perkembangan Science dan Teknologi di Korea
3. Perbandingan Sistem Pendidikan Korea Selatan dan Indonesia
4. Apa Keuntungan Belajar di Korea Selatan
0 comments:
Thank you for visiting my page. If you want to leave your track, please being a clever tracker and do not leave this page with any violent content.
Cheers