"The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strength.
~Mahatma Gandhi
-_-" baru di publish dengan sedikit penambahan cerita.. Maap agaak panjang..
Benar-benar kejadian bodoh.
Jadi ceritanya malam tadi aku berhasil nyelesaian paper dan tersubmit sekitar jam 2an. Ini adalah salah satu aksi nekad yang enggak banget direkomendasikan untuk siapapun, jd jangan pernah mencontohnya!!
Aku baru aja buat kesalahan yang bikin super galau. Aku akan cerita, tapi janji jangan tiru ceritaku nanti.
Jadi gini, sekitar Bulan Desember 2013 kemarin aku nemu ide untuk penelitian ku dibidang video coding. Bidang video coding ini jujur aja baru aku kenal sejak di Korea (aku datang ke korea di awal bulan Agustus 2013) dan memang harus dipelajari mengingat core penelitian di lab kami adalah video coding. Nah, di bulan itu ketika meeting mingguan lab, profesorku tanya kira-kira aku minat part mana dari banyak part di video coding untuk riset ku. Waktu itu aku memang sangat tertarik sama salah satu part divideo coding yang disebut dengan Intra Coding. Jadi, aku bilang kalo aku sedang minat ke part tersebut dengan alasan "cuma minat". Walaupun aku tau maksud dari profesorku adalah "motivasinya apa nak..?" atau "backgroundnya apa kok bisa minat..?". He is a professor, so we should know that he will not ask for an answer such "cuma minat!". Spekulasi singkat ku mungkin beliau berpikir "Oke, fine... you are the new one. You need to study more to find your best answer". Oke sip.. skipp!!!
Di meeting selanjutnya profesor kami tanya lagi, apa yang uda ku kerjakan selama seminggu kemarin. Dengan semangat yang lirih dan kurang percaya diri aku jelaskan bahwa aku mulai melakukan bebarapa experimen terkait risetku dan belum nemu hasil. Karena memang aku ngerasa kesulitan belajar video coding ini. Waktu berlalu, daaan hampir 3 bulan pun terlampaui. Result demi result yang aku laporkan ke pembimbingku (yang ketepatan seniorku sendiri, mahasiswa Phd di Lab) di tolak semua. Aku si sadar karena memang hasilnya gak bagus dan idenya cenderung lemah. Waktu itu aku cuma pakai caraku meneliti ketika aku masih di indonesia: banyak-banyak baca paper (terutama part abstrak dan conclusion), kemudian klo minat beralih ke proposed method, setelah itu cari kemungkinan bisa ku implementasikan atau enggak dan ubah/ kembangkan sedikit ide dasarnya apa, baru tulis paper dan publish. Tapi utk lovely lab ku atau mungkin memang di korea, bahasa sekedar "implementasi" memang belum layak publish sepertinya. Karena yang dibutuhkan adalah "novelty" atau "Hal yang baru" atau "algoritma baru" atau "teori baru yang belum ada orang publish", ahhh pokoknya itulah.. "novelty". Atau aku belum sadar kalau aku adalah mahasiswa S2 yang gak boleh cuma sekedar implementasi kyk jaman S1 dulu utk bisa publish paper. Atau karena aku ada ide ngubah/ngembangin sedikit ide dasar rujukan paper yg aku pakai lantas aku bisa sok-sokan publish paper. Entahlah.....
Yang jelas, Aku salah teman!!!
Hingga akhirnya aku sampai pada titik putus asa. Mungkin memang putus asa. Nyesek bahasa gaulnya karena ditolak terus.
Kemudian di meeting selanjutnya, aku terus harus kasih laporan mingguan. Nah dilaporan kali itu aku kasih informasi result baru. Laporan result terakhir kali ini tidak di tolak mentah-mentah seperti sebelumnya. Aku diminta utk diskusi lagi dengan pembimbingku. Dan kali ini pembimbingku bilang kalo hasil experimen yang ini tidak jelek tapi belum bagus. Padahal aku ngerasa result yang aku laporkan ini udah bisa ditulis ke sebuah paper. Cumaaaa.. seniorku belum nerima hasilnya aja. Fineeeeeeee!!!.
Ditengah keputusasaan yang melimpah ruah di benakku, aku sempat bilang sama diriku sendiri kalo aku mau mundur aja sama ide penelitian ini, dan ganti dengan topik lain. Tapi kemudian aku sadar kalo yang aku kerjakan ini uda ngabiskan banyak waktu. Hampir 3 bulan sudah aku ngotot untuk tetep ngerjain riset ini. Jadi mundur dan ganti topik bukan jalan terbaik sekarang. Hemm... semangat itu kemudian datang lagi sedikit. Aku ngerasa kayak putus asa dan bosen ngerjain ini-ini aja tanpa hasil yang baik. Jadi untuk menghibur diri, aku tulis semua hal yang udah aku pelajari terkait riset ini, termasuk ide-ide ku yang lemah. Dengan harapan suatu saat tulisan ini bisa berguna untuk aku sendiri.
Bener aja... tepat ditanggal 10 Februari 2014 aku nemu hasil yang paling baik dari semua experimen yang udah pernah aku buat. Membara... Membara.. semangat itu kembali membakar semua jiwaku #alayy..
Sejak itu, aku mulai cari-cari internasional konfrensi. Waktu itu aku tertarik untuk submit paper antara ke London dan Sydney. Experimen tetep aku kerjakan, dan paperpun mulai aku persiapkan. Alhamdulillah, berkat tulisan-tulisan kecilku waktu itu, paperpun gak harus nulis dari awal lagi. Tapi London gak terkejar, karena deadline submit full papernya di tanggal 5 Feb 2014 #geblek. Oke sip, abaikan.
Tapi kemudian, seniorku yang lain (bukan senior pembimbingku) datang dan tanya ke aku terkai riset yang aku kerjakan. Masih dengan gak percaya diri aku kasih tunjuk hasil experimen yang aku punya. Trus dia tertarik untuk tau lebih dalam mengenai ideku. Hingga akhirnya dia mencurigai sesuatu dari experimenku yang dianggap gak lazim #apaansih..? hehe. Jadi cerita punya cerita, ternyata beliau pernah neliti part yang sama dengan yang sedang aku teliti. Aku shock sekitar 30 detik #tssssaah... Kok aku baru tau ya.. pikirku. Yaudah, langsung aja aku ajak diskusi dan beberapa saran pun beliau lemparkan ke aku. Dan aku berasa kyk dapat ilham untuk nulis paperku. Cuma dia bilang kyknya aku butuh background yang kuat untuk publish hasil experimen ku. Itu clue dari dia. Yo uwis, otak licik tetep aja licik ya, hahah, jadi aku pikir aku perlu buat hasil perbandingan antara penelitianku dan penelitian dia. Nemu!! dan yang aku kerjai hasilnya lebih baik dikit dari dia. Lanjuttttttt gumamku. Ini hasil harus segera dipublikasihkan ni.
Entahlah. AKu nekat aja waktu itu. Aku tulis paperku untuk ke Sydney yang memang dateline tgl 25 Feb 2014, tapi baru bisa ku selesaikan di ujung-ujung dateline. Lewat dateline malah, 2 jam. hahah.. Jadi memang gak ada waktu untuk diskusi dengan pembimbingku dan profesorku. Sama sekali. Gitu selesai paper itu, langsung aku submit. Dan waktu itu pembimbing dan profesorku gak tau kalo aku pingin publish paper. Inilah aksi nekat yang aku maksud. Submit paper tanpa diskusi ke sesepuh dan empunya Lab. Karena aku mikirnya semua komunikasi terkait paper dari panitia hanya akan melalui aku sebagai penulis pertama. Tapi oh Tapi, ternyata tidaaaaak.. Aku nulis nama pembimbing dan profesorku. Gitu paper tersubmit, konfirmasi pun ku terima melalui email. AKu cek email terkirim cuma ke aku atau tidak. Dan jawabnya TIDAK.Mampusss, pikirku. Galau. Kuatir. Takut. dan sebagainya. Aku takut prof dan pembimbingku marah. Beneran gak bisa mikir lagi setelah tau klo konfirmasi emailnya dikirim ke semua author. Entahlah waktu itu benar benar nyesek kali.
Tapi kemudian aku cerita ke salah satu teman terdekat di lab dan dia berusaha untuk menginvestigasi ttg apa yg udah aku buat. Senengnya adalah dia ngasih solusi sambil teteeeep nakut nakuti. Tercetuslah solusi untuk minta maaf dan ngasih tau via email ke pembimbing dan profesor hari itu juga.
"Teeeng"... email terkirim ke pembimbing. Dan "teeeng" terkirim juga ke profesor. Masih takut dan kuatir. tapi kemudian "Teeeengg" email baru masuk lagi. oh balasan dari pembimbingku ternyata, dan beliau bilang "Ok No problem. Thanks!", apa coba maksudnya???
"Teeeeng" email baru masuk lagi dan masih dari senior lagi. Nah beliau kali ini menyadarkanku kalo alamat email yang aku tulis di paper ku bukanlah alamat email profesorku... #Alhamdulillaaaaah sambutku gembira. Berarti profesorku belum tau sama sekali terkait paper yang terkirim. Bersyukur dan bahagia sedikit karena kesalahan bodoh ini. Telisik punya telisik ternyata alamat email yang aku lampirkan di paper adalah alamat email alumni dari lab. Mirip emailnya. Sumpah. #alay. Tapi aku biarkan, dengan tetep bersyukur aku bisa tertawa bahagia walau di sisi lain dariku sedang sangat ketakutan.
[Tambahan...]
AKu coba utk mikir tenang. Dan kemudian aku cancel utk kirim email ke prof hari itu dan menggantinya dengan ketemu langsung di meja beliau esok hari. Sadar dengan ketakutan akan kebodohan, aku berusaha utk tetep bisa bahagia dengan gak mikirin hari esok. Hari ini cukup bagiku.
Esok harinya pun tiba. Pagi2 bener aku uda di lab. Ngeprint paper yang aku submit utk bahan omongan dengan prof, kali aja beliau gak marah, pikirku. Kemudian kaki pun melangkah ke arah ruangan beliau. Dan di sana beliau sudah duduk dengan wajah menegangkan.
Nasi udah jadi bubur nak. Lanjut aja. Terima nasip mu. Semangatku dalam hati berkata.
Singkat cerita, intinya profesor marah besar karena seharusnya aku diskusi dulu dengan beliau baru publish, ini enggak. Tapi aku bohong ketika beliau tanya kenapa kok aku berani publish paper padahal belum tentu disetujui oleh beliau paper itu utk di publish. Dan ada satu kalimat yang buat aku ngerasa bersalah kali. Aku akan tetep ingat kalimat itu. Dan akan tetepku perbaiki kesalahan hari itu.
Hari itu juga, aku email panitia penyelenggara konfrensi di Sydney utk cancel paper yg sudah sampe di tangan reviewer. Alhamdulillah mereka mengerti walau aku gak bilng alasan kenpa aku cancel. Dan semuanya berakhir begitu aja, karena profku bilang "I want to just forget this problem. Keep going with your study, and dont think too much for this problem". hhhh.... nyesel se nyesel-nyeselnya..
So.. inilah cerita yg mudah2an dari kesalahanku teman2 bisa belajar sedikit. Mungkin kalau di negara kita, sebagian dosen akan seneng kalau namanya jadi salah satu author di paper kita. tp utk korea jangan. atau dimanapun termasuk di negara kita JANGAN pernah coba contoh perangai buruk aku ini. Songong. walaupun kita tau kalau kita gak akan mencelakakan author2 yg ada di paper kita. Tapi sebaiknya hindari segala kemungkinanan yg akan terjadi.
Sekian ~
0 comments:
Thank you for visiting my page. If you want to leave your track, please being a clever tracker and do not leave this page with any violent content.
Cheers